Perubahan iklim kini menjadi salah satu faktor terbesar yang memicu meningkatnya populasi nyamuk dan penyebaran penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia. Jurnal ilmiah berjudul “Climate Change and Dengue in Indonesia: A Systematic Review” oleh Fajar Fatmawati dan Sulistyawati (Universitas Ahmad Dahlan, 2023) mengungkap bahwa perubahan suhu, curah hujan, dan kelembapan udara berperan besar terhadap peningkatan kasus DBD di berbagai wilayah Indonesia. Dalam tinjauan sistematis terhadap 13 penelitian, ditemukan bahwa suhu yang lebih hangat mempercepat perkembangan nyamuk Aedes aegypti dari telur hingga dewasa serta mempercepat siklus penularan virus dengue dalam tubuh nyamuk. Curah hujan tinggi dan pola hujan yang tidak menentu juga menyebabkan banyaknya genangan air yang menjadi tempat berkembang biak nyamuk. Sementara itu, kelembapan udara tinggi memperpanjang umur nyamuk, sehingga peluang mereka untuk menggigit dan menularkan virus meningkat. Kombinasi ketiga faktor tersebut menciptakan kondisi ideal bagi ledakan populasi nyamuk di daerah tropis seperti Indonesia, terutama di wilayah padat penduduk dengan sistem drainase yang buruk.
Isu ini semakin kompleks ketika dikaitkan dengan masalah pengelolaan sampah perkotaan. Penelitian lapangan terbaru yang dilakukan oleh Morgan Tarpenning, peneliti dari Stanford University bekerja sama dengan Universitas Hasanuddin (Unhas) di Makassar, menunjukkan bahwa distribusi sampah menjadi salah satu faktor lingkungan yang memperburuk penyebaran penyakit yang ditularkan nyamuk, termasuk DBD, Zika, dan Chikungunya.Dalam paparannya pada kegiatan Pengenalan Kehidupan Kampus Mahasiswa Baru (PKKMB) FKM Unhas, Tarpenning menjelaskan bahwa teknologi drone yang digunakan timnya berhasil mengidentifikasi ban bekas 2,4 kali lebih banyak dibandingkan survei darat, dan sekitar 22% di antaranya berada di lokasi yang sebelumnya tidak terpantau. Ban bekas dan wadah sampah seperti ini diketahui sebagai tempat ideal bagi nyamuk Aedes bertelur dan berkembang biak.
Penelitian ini juga melibatkan wawancara mendalam dengan 25 ibu rumah tangga di Kecamatan Tallo dan menganalisis sekitar 500 data survei untuk memahami persepsi dan praktik pengelolaan sampah rumah tangga, baik di musim kemarau maupun musim hujan. Hasilnya memperlihatkan bahwa masyarakat masih kesulitan mengendalikan potensi genangan air dan tumpukan sampah di lingkungan tempat tinggal yang akhirnya menjadi sumber utama perkembangbiakan nyamuk. Baik dari hasil kajian ilmiah tentang perubahan iklim maupun penelitian lapangan mengenai sampah perkotaan, keduanya menegaskan satu hal penting: faktor lingkungan memiliki peran dominan dalam mempercepat penyebaran nyamuk dan penyakit DBD di Indonesia. Di tengah meningkatnya ancaman penyakit akibat nyamuk, pengendalian hama tidak lagi cukup hanya dengan penyemprotan rutin. Diperlukan pendekatan ilmiah dan berkelanjutan untuk mengatasi sumber masalahnya — dari genangan air, sampah rumah tangga, hingga sistem drainase lingkungan.
Termigon, sebagai Local Pest Control Expert, hadir memberikan solusi pengendalian nyamuk yang ramah lingkungan, berbasis entomologi, dan disesuaikan dengan kondisi lokal. Dengan metode Integrated Pest Management (IPM), Termigon tidak hanya berfokus pada pemberantasan jentik dan nyamuk dewasa, tetapi juga pada inspeksi sumber air, edukasi penghuni, serta pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan Layanan Termigon dirancang untuk menciptakan lingkungan yang lebih sehat dan aman — baik di rumah, perkantoran, maupun area publik seperti sekolah dan apartemen. Dengan tenaga ahli berpengalaman dan dukungan teknologi modern, Termigon menjadi mitra tepercaya dalam melindungi masyarakat dari risiko penyakit menular akibat nyamuk