• Head Office : Ruko Apartemen Serpong Green View RK3, RT01/03, Jl. Lengkong Gudang Timur Raya, Serpong, Tangerang Selatan​

Perkembangan Populasi Tikus dan Resiko Leptospirosis di Jakarta

Perkembangan populasi tikus di daerah perkotaan seperti Jakarta menjadi faktor utama meningkatnya risiko leptospirosis. Tikus dikenal sebagai reservoir utama bakteri Leptospira dan dapat menyebarkan penyakit ini melalui urin yang mencemari lingkungan. Dalam kondisi padat penduduk, sanitasi buruk, serta banyaknya selokan dan saluran air terbuka, keberadaan tikus semakin sulit dikendalikan. Urin tikus yang bercampur dengan air hujan atau genangan banjir kemudian menjadi medium penularan yang berbahaya bagi manusia (Purba, A. D., Dewi, R. M., & Nurjazuli, N., 2023).  Perilaku pengendalian tikus masyarakat di daerah berisiko masih rendah sehingga memudahkan peningkatan transmisi penyakit ini.

Tikus di perkotaan, khususnya Jakarta, cenderung memiliki tubuh lebih besar dan gemuk dibandingkan tikus di alam karena kondisi lingkungan yang sangat mendukung. Ketersediaan makanan berlimpah dari sampah rumah tangga, pasar, hingga restoran memberi nutrisi tinggi yang mempercepat pertumbuhan dan membuat populasi tikus berkembang pesat. Lingkungan kota dengan banjir, got terbuka, dan selokan tergenang juga menyediakan sumber air sekaligus tempat persembunyian aman, sehingga tikus dapat bertahan hidup lebih lama tanpa banyak gangguan. Selain itu, predator alami seperti ular atau burung pemangsa jauh lebih sedikit di kota besar, sehingga tidak ada tekanan yang membatasi ukuran tubuh tikus. Ditambah lagi, tikus memiliki siklus reproduksi yang sangat cepat, dan dengan dukungan makanan serta tempat aman, generasi baru dapat beradaptasi hingga menghasilkan morfologi tubuh yang lebih besar dari biasanya (Feng, A. Y. T., & Himsworth, C. G., 2014).

Di Jakarta, situasi ini semakin diperburuk oleh banjir yang kerap melanda kawasan permukiman. Studi Universitas Muhammadiyah Surakarta menemukan bahwa pekerja kebersihan di ibu kota memiliki risiko lebih tinggi terhadap infeksi Leptospirosis karena sering terpapar lingkungan yang terkontaminasi urin tikus. Literatur Universitas Indonesia juga menyebutkan bahwa lonjakan kasus leptospirosis hampir selalu muncul setelah banjir. Data ini sejalan dengan laporan Antara News (2020) yang mencatat adanya peningkatan kasus leptospirosis di Jakarta setelah musim hujan, di mana beberapa rumah sakit melaporkan lebih dari lima pasien leptospirosis dalam sepekan—angka yang jauh lebih tinggi dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

Menurut laporan Kompas (2023), kasus leptospirosis di Indonesia meningkat hingga tiga kali lipat pada 2022 dibandingkan tahun sebelumnya. Kondisi ini menegaskan bahwa populasi tikus yang terus berkembang di lingkungan padat penduduk tanpa pengendalian yang baik merupakan ancaman nyata terhadap kesehatan masyarakat. Untuk menekan angka kasus leptospirosis, perlu ada strategi terpadu berupa pengendalian populasi tikus, perbaikan sanitasi lingkungan, serta edukasi kepada masyarakat tentang bahaya urin tikus sebagai media penularan. Tanpa langkah-langkah pencegahan yang serius, Jakarta dan kota besar lainnya akan tetap rentan terhadap penyebaran leptospirosis yang dapat berakibat fatal.

Termigon sebagai Local Pest Control Expert hadir memberikan solusi atas ancaman wabah mematikan Leptospirosis dengan pendekatan pengendalian tikus secara terpadu dan ilmiah. Melalui metode Rodent Proofing, setiap celah dan jalur masuk tikus termasuk yang tersembunyi ditutup rapat untuk mencegah tikus kembali bersarang di lingkungan manusia. Penanganan dilakukan secara profesional oleh tim berpengalaman dan entomolog ahli, memastikan setiap tindakan berbasis riset perilaku tikus di wilayah tropis. Termigon juga menggunakan umpan dengan formulasi khusus yang efektif menargetkan tikus sesuai kebiasaannya di area perkotaan seperti Jakarta. Seluruh proses pengendalian dilakukan dengan pendekatan ramah lingkungan dan aman bagi keluarga, sehingga tidak hanya melindungi kesehatan masyarakat dari risiko leptospirosis, tetapi juga menjaga keseimbangan ekosistem perkotaan.


Share