• Head Office : Ruko Apartemen Serpong Green View RK3, RT01/03, Jl. Lengkong Gudang Timur Raya, Serpong, Tangerang Selatan​

Lyme Disease: Penyakit yang Tersembunyi dampak Kutu Kasur

Lyme disease adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Borrelia burgdorferi, yang umumnya ditularkan ke manusia melalui gigitan kutu (ticks). Dalam banyak kasus di dunia, terutama di negara beriklim sedang seperti Amerika Serikat dan Eropa, vektor utama penyakit ini adalah kutu rusa atau kutu kaki hitam (Ixodes scapularis). Namun, dalam konteks tropis seperti Asia Tenggara, termasuk Indonesia, perhatian kini meningkat terhadap potensi kutu kasur (bed bugs) dan jenis kutu penghisap darah lainnya sebagai reservoir sekunder yang dapat berperan dalam menyebarkan mikroorganisme berbahaya termasuk kemungkinan membawa Borrelia dalam kondisi tertentu. Secara biologis, kutu kasur memang berbeda dari kutu vektor klasik Lyme disease. Bed bugs (Cimex lectularius) tidak terbukti secara langsung mentransmisikan Borrelia burgdorferi ke manusia, namun penelitian awal menunjukkan bahwa bakteri ini dapat bertahan hidup di dalam tubuh kutu kasur untuk beberapa waktu setelah kontak dengan inang yang terinfeksi. Artinya, secara teoritis, ada potensi risiko sekunder, terutama di area padat penduduk yang memiliki sanitasi buruk dan infestasi kutu yang tidak tertangani. Di kondisi seperti itu, gigitan berulang dari kutu kasur dapat membuka luka kecil pada kulit dan meningkatkan kemungkinan infeksi sekunder dari mikroorganisme lain yang terbawa darah atau lingkungan kotor.

Selain itu, kutu kasur bisa berfungsi sebagai indikator lingkungan yang tidak higienis, karena mereka berkembang biak cepat di tempat yang lembap, gelap, dan jarang dibersihkan, lingkungan yang sama yang juga mendukung kehadiran parasit, jamur, dan bakteri lainnya. Dalam jangka panjang, infestasi berat kutu kasur dapat mengakibatkan masalah kulit kronis, gangguan tidur, hingga stres psikologis, dan secara tidak langsung memperlemah sistem kekebalan tubuh, sehingga seseorang lebih rentan terhadap infeksi termasuk penyakit seperti Lyme disease.

Salah satu contoh paling dikenal dari penderita Lyme disease adalah model internasional Bella Hadid, yang telah berjuang melawan penyakit ini sejak usia 16 tahun. Bella mengungkapkan bahwa ia mengalami berbagai gejala yang sering tidak dikenali pada awalnya mulai dari sakit kepala kronis, kelelahan ekstrem, nyeri sendi, gangguan saraf, hingga brain fog. Kasusnya menjadi simbol betapa penyakit akibat gigitan kutu bisa berkembang secara diam-diam dan sulit dideteksi hingga mencapai tahap kronis. Karena sifat penyakit ini yang bisa menular tanpa disadari dan sulit dikendalikan, pencegahan menjadi langkah paling penting.

Di sinilah peran pengendalian hama profesional menjadi krusial. Termigon, sebagai Local Pest Control Expert, hadir dengan pendekatan ilmiah untuk melindungi hunian, bisnis, dan fasilitas publik dari ancaman serangga penghisap darah seperti kutu kasur dan kutu hewan. Melalui metode Integrated Pest Management (IPM) yang ramah lingkungan, Termigon tidak hanya fokus membasmi hama yang terlihat, tetapi juga menargetkan sumber-sumber tersembunyi tempat kutu berkembang biak. Salah satu metode unggulan Termigon adalah teknik fumigasi modern, yaitu proses pengendalian hama menggunakan gas steril (fumigan) yang mampu menembus area tersembunyi seperti celah furnitur, kasur, karpet, dan retakan dinding — tempat kutu dan telur mereka bersembunyi. Fumigasi bekerja dengan cara menonaktifkan sistem pernapasan hama secara kimiawi tanpa meninggalkan residu berbahaya bagi penghuni. Proses ini sangat efektif untuk infestasi berat seperti kutu kasur, tungau, dan serangga kecil lain yang sulit dijangkau metode konvensional.

 

 


Share